Jadi tidak benar kalau dikatakan ABG. Badannya juga sangat layak jika disejajarkan dengan badan Wali Kota yang memang besar.
Asep mengatakan, Wali Kota Bogor telah sah menikah, baik secara agama maupun negara. Namun, Asep keberatan dengan sebutan anak baru gede (ABG) terhadap istri Wali Kota tersebut. Menurut Asep, istri yang baru dinikahi Diani tidaklah berusia 18 tahun, tetapi sudah menginjak 19 tahun.
"Jadi tidak benar kalau dikatakan ABG. Badannya juga sangat layak jika disejajarkan dengan badan Wali Kota yang memang besar," katanya.
Menurut dia, masalah pernikahan adalah urusan pribadi seseorang. Keputusan yang diambil Wali Kota, kata Asep, sudah dipikirkan dengan matang. Pernikahan itu sah dan patut diberi apresiasi. Pasalnya, kata Asep, daripada berbuat zina lebih baik dilakukan secara sah, baik agama maupun negara.
"Saya berpendapat bahwa seseorang seperti Diani Budiarto berani terbuka untuk menikah lagi daripada melakukan hal-hal yang negatif. Ini patut dihargai. Lain dari itu, Diani sudah tidak lagi terikat PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Pasalnya, Diani telah pensiun menjadi pegawai negeri sipil sejak empat bulan lalu, walaupun masa jabatannya sebagai wali kota baru akan berakhir pada 2014," kata Asep.
Saat ditanya apa yang melatarbelakangi pernikahan tersebut, Asep tidak memberikan jawaban pasti. Saat ditanya apakah Diani menikah untuk menolong gadis tersebut, Asep juga enggan menjelaskan. "Pokoknya beliau menikah secara sah," katanya.
Sejak Kamis (23/6/2011), tersiar kabar Wali Kota Diani Budiarto kembali menikah. Wanita yang dinikahi orang nomor satu di Kota Bogor itu adalah Siti Indriyani (19), warga Jakarta Selatan. Informasi yang dihimpun menyebutkan, resepsi pernikahan Diani dengan Siti digelar di perumahan mewah Bogor Nirwana Residence, amis pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Proses pernikahan tersebut dilakukan sangat tertutup. Bahkan wartawan dilarang mendekati pintu gerbang Cluster Panorama di perumahan tersebut oleh sejumlah sekuriti berpakaian safari dan beberapa orang yang memakai batik.
Menurut pantauan wartawan di lokasi tersebut, dari jarak sekitar 100 meter dari jalan utama, tampak tenda yang dipasang di depan salah satu rumah mewah di Cluster Panorama tersebut. Hilir-mudik mobil mewah yang masuk ke lokasi Cluster Panorama menjadi pemandangan tersendiri, termasuk dua bus pariwisata Big Bird yang dipenuhi penumpang berpakaian batik yang keluar dari lokasi tersebut. Wartawan juga sempat mendapati mobil Honda CRV hitam nopol F 1678 BE, yang selama ini digunakan Wali Kota, masuk ke lokasi perumahan mewah itu.
Selain itu, demi kerahasiaan pernikahan orang nomor satu di Kota Bogor ini, semua tamu undangan khusus diwajibkan mengenakan batik.
Budaya memiliki istri lebih dari satu atau poligami dinilai bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
BalasHapus"Poligami dinilai diskriminatif karena memosisikan istri atau perempuan sebagai pihak yang tersubordinasi," ujar Ketua Direktur Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan Estu Rakhmi Fanani
Karenanya, pihaknya menuntut agar UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan agar diamandemen karena sudah tidak relevan dengan konteks sosial dan perkembangan zaman di Indonesia.
"Kami sudah melayangkan surat kepada Badan Peradilan Agama untuk menolak izin penetapan poligami dan meneliti kembali isi UU tersebut," tandas Estu.
Selain sudah tidak relevan, poligami dinilai mereka juga hanya menguntungkan pihak laki-laki tanpa mempertimbangkan nasib perempuan dan anak-anak.
Bukan hanya suatu keadilan yang harus ditegakkan, namun bukankah belahan jiwa manusia
BalasHapushanya ada seorang dan bukan beberapa orang ? Oleh karena itu perkawinan selalu
menghadirkan seorang pria dan wanita dan bukan seorang pria dan dua atau lebih
wanita.